Stop Pneumonia dengan 4 Langkah!

Ada sebuah penyakit yang menurutku namanya sulit diucapkan, Pneumonia! Ada yang udah familiar dengan penyakit ini? Sebelum aku menjelaskan apa itu pneumonia, gejala, penyebab dan pencegahannya. Simak dulu ya dua cerita berikut ini ;)

Cerita Mama AR, dari Sumba Barat  yang memiliki bayi 3 tahun anak pertamanya tiba-tiba mengalami batuk dan panas, dikiranya sakit flu dan pilek, karena itu tidak ada yang membawa anak itu ke dokter. Dua hari berselang anaknya mulai  bernafas dengan cepat seperti baru berlari-lari. Di Sumba ada kebiasaan kalau keputusan mambawa anak ke dokter harus melalui keputusan keluarga besar. Karena itu malamnya diputuskan anak harus dibawa ke puskesmas, yang jaraknya sekitar 12 kilometer dari rumah, lumyan jauh ya, dan di sana belum ada transportasi online seperti di Jakarta!  Setelah sampai puskesmas dan diperiksa oleh petugas dan sang petugas hanya memberikan obat paracetamol atau obat pereda sakit umum saja sesampainya di rumah beberapa jam kemudian kondisi anak memburuk  hingga akhirnya meninggal dunia. Mama AR dan keluarganya tidak pernah tahu anaknya sakit apa. 
Cerita lainnya dari Ibu SA, yang rumahnya di Jakarta Utara. Ia mendapati anak keduanya yang berusia 3 tahun sudah dua hari ini badannya panas dan bantuknya semakin menjadi. Pagi ini si anak bernapas cepat seperti baru saja berlari, karena rumah mereka dekat dengan puskesmas Ibu SA segera membawa anaknya berobat dengan ditemani oleh suami. Dokter di puskesmas menanyakan apakah ada yang merokok di rumah? Jawabannya negatif! Singkat cerita nih, si anak di diagnosa menderita pneumonia. Beberapa hari berselang dokter dan beberapa petugas kesehatan dari puskesmas mengunjungi rumah Ibu SA. Setelah dilakukan observasi rupanya di dalam rumah memang tidak ada yang merokok tapi kalau ibu dan bapaknya kerja, anaknya itu dititipkan ke rumah pamannya yang merokok. 
Dua cerita ini menggambarkan situasi riil penyakit pneumonia di Indonesia, pneumonia tidak pandang bulu apakah itu terjadi di desa atau kota, perekonomian cukup atau tidak. 
Yang bisa kita petik pelajaran dari dua cerita di atas adalah : 
  • Pneumonia dapat dicegah apabila kita cepat sadar dan membawa si anak ke fasilitas kesehatan
  • Fasilitas kesehatan yang mudah dan dekat dilengkapi dengan petugas kesehatan yang terlatih
  • Faktor lingkungan, perilaku dan kebiasaan mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan anak.

Cerita di atas dipaparkan oleh Selina Patta Sumbung selaku Ketua Yayasan Sayangi Tunas Cilik partner of Save The Children saat Talkshow bertajuk "Stop Pneumonia Campaign Launching" pada tanggal 18 Agustus 2019, berlokasi di Musium Fatahillah, Kota Tua, Jakarta. 

Acara ini terselenggara atas kerjasama Yayasan Save Children bersama dengan KBR.id dan PowerFM Radio. 



Tentang Pneumonia 

Apa sih Pneumonia itu? Pneumonia adalah infeksi akut sistem pernapasan bawah yang disebabkan oleh virus, bakteri dan organisme mikro lainnya. Pneumonia pada balita ditandai dengan gejala batuk, nafas cepat, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, dan gambaran radiologi foto thoraks/dada menunjukkan infiltrasi paru akut. Pneumonia sering tertukar dengan infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA walau sebenarnya berbeda. ISPA terbatas pada saluran pernapasan atas yaitu hidung dan tenggorokan, sementara pneumonia termasuk pada infeksi saluran pernapasan bawah dimana infeksi menyebar hingga jaringan tisu paru-paru. 

Dr. Madeleine Ramdhani Jasin, Sp.A dari Ikatan Dokter Anak Indonesia menegaskan bahwa pneumonia itu adalah suatu kondisi penyakit yang mengenai paru-paru, disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, jamur yang kemudian menyebabkan peradangan pada paru-paru, dengan gejala sesak, napas tidak enak dan itu bisa beresiko fatal jika dibiarkan/tidak ditangani dengan tepat. Beda sama TBC, kalau TBC itu kondisi infeksi pada paru yang disebabkan oleh kuman mikrobakteri tuberculosis. 

Yang perlu diwaspadai adalah jika batuk, pilek disertai dengan sesak napas. Gejala sesak napas ini dapat dipantau dengan menghitung tarikan napas anak selama 1 menit. Caranya dengan meletakkan tangan diperut atau dada anak lalu setiap kali anak menarik napas, hitunglah hingga 1 menit. 
Untuk balita berusia kurang dari dua bulan, batas napas cepat adalah lebih dari 60 kali per menit. Artinya, jika napas balita lebih dari 60 kali per menit, maka napasnya sudah termasuk napas cepat. Untuk balita beumur 2-12 bulan adalah lebih dari 50 kali per menit, sedangkan balita umur 12-59 bulan batasan napasnya adalah lebih dari 40 kali per menit. Agar penghitungannya akurat, hitunglah dua kali. Selain itu, pastikan juga anak dalam keadaan tenang dan tidak menangis.

Di Indonesia, pneumonia adalah penyebab kematian balita dan prevalensi tertinggi di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Well, pneumonia sangat erat kaitannya dengan kemiskinan dan kesenjangan. Alasannya adalah karena anak-anak yang miskin lebih jarang mendapatkan vaksinasi, memiliki gizi yang lebih buruk, dan tinggal dilingkungan beresiko. 

Faktanya penyakit pneumonia pada anak dan kematian akibat pneumonia dapat dicegah dan diobati. 

Fakta-fakta terkait Pneumonia pada Balita : 




Apa sih Penyebab Pneumonia itu? 

Ada beragam faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya pneumonia pada anak, diantaranya adalah faktor pola asuh orangtua dan lingkungan. Lakukan pencegahan dengan pola asuh yang tepat dan memberikan lingkungan yang bersahabat untuk anak.
  • Pola Asuh 

1. Memberikan ASi Ekslusif Hingga Usia 6 bulan 
2. Memberikan Makanan Sehat Menu Gizi Seimbang
3. Pantau Terus tumbuh kemabngnya
4. Berikan Vitamin A dan Imunisasi
5. Membiasakan Diri dan Keluarga dengan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

  • Faktor Lingkungan

1. Perhatikan Kebersihan Tempat Tinggal
2. Jauhi Keluarga dari ASap Rokok


Dr. Madeleine Ramdhani Jasin, Sp.A, menyampaikan pesan dari IDI untuk Stop Pneumonia, yakni melalui 3P : 
1. Proteksi dari polusi udara
2. Pencegahan, Imunisasi, ASI dan gizi 
3. Pengobatan, dari deteksi dini 

So, ibu-ibu dan bapak-bapak, jika misalnya anaknya demam, batuk pilek yang kemudian menjadi sesak (hitung nafas) segera bawa ke rumah sakit atau  puskesmas agar dokter anak bisa mendeteksi dan memberikan pengobatan yang sesuai.

Dr. Erna Mulati, MSc, CMFM, Direktur Kesehatan Keluarga, Direktoral Jenderal Kesehatan Keluarga Kementrian Kesehatan RI, mengatkan tingginya angka kematian yang diakibatkan oleh pneumonia sebagai pembunuh balita tertinggi di dunia menjadi dasar badan kesehatan dunia WHO mengembangkan pedoman tata laksana penanganan pneumonia yang fokus pada perlindugan, pencegahan, dan pengobatan. 


        

Bayu Okatara, selebritis juga penyiar radio yang memiliki tiga orang anak mengajak, para ayah dan calon ayah bahwa mengurus anak itu bukan tugas ibu doank. Bedanya para ayah tidak memberikan ASI secara direct! Ayah dan Ibu memiliki peran yang sama dalam pengasuhan, oh saya udah capek udah kerja cari nafkah di luar dan bla…bla…(ini keliru ya). Seharusnya mengurus anak itu tugas kita bersama. 

Ia pun juga mengingatkan kalau misalnya dari luar, dari lingkungan yang banyak polusi atau asap knalpot usahakan bersih-bersih dahulu, sebelum berinteraksi sama anak-anak.  
Dukungan Bayu dalam soal pengasuhan anak, salah satunya adalah membuat istrinya bahagaia misalnya bantu beberes rumah, berikan pijitan-pijitan manja agar produksi ASI nya makin lancar, dengan mengerti peran ayah dan tugasnya masing-masing Insha Allah anak juga akan tumbuh menjadi pribadi yang sehat ceria dan bahagia. Karena itu Ibu harus bahagia agar anak-anak juga menyerap energi baik dari Ibunya. Bukan kah begitu? ;) Last but not least, pastikan jaminan kesehatan supaya saat sakit tidak terbebani. 


STOP Pneumonia dengan 4 Langkah!

Bagaimana mencegah pneumonia? Ini dia 4 langkah cegah pneumonia sesuai dengan tagline Stop Pneumonia yang digaungkan saat kampanye Stop Pneumonia, yaitu : 

S   : Air Susu Ibu ekslusif selama 6 bulan
T   : Tuntaskan Imunisasi
O   : Observasi sesak nafas dan segera periksa ke dokter
P   : Pastikan kecukupan gizi

Selina Patta Sumbungmengungkapkan bahwa komitmen Save The Children, akan terus meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahayanya pneumonia melalui kampanye Stop Pneumonia dengan kerjasama dari seluruh lapisan masyarakat, media dll. 





Tidak ada komentar